Menjelang tanggal 8 Maret 2019 ibu-ibu yang tergabung dalam Barisan Masyarakat Indonesia (BMI) yang terdiri dari beberapa wilayah desa di kabupaten Bogor jawa Barat ramai-ramai bergotongroyong menyiapkan acara menyambut hari perempuan sedunia yang jatuh setiap tanggal 8 Maret.
Sambutan tersebut tampak dengan keriuhan para panitia secara bersama-sama menyiapkan kebutuhan-kebutuhan perlengkapan untuk acara besok (Kamis 7 Maret 2019). Kegiatan ini memang diperuntukkan menyambut hari perempuan internasional sebagai usaha mencicil pembangunan kesadaran dan partisipasi aktif kaum perempuan di berbagai bidang tidak terkecuali diorganisasi. Beberapa bentuk kegiatannya; Lomba senam, Lomba masak dan dialog umum dengan tema “Membangun keterlibatan Perempuan di masyarakat dalam menghadapi revolusi industri 4.0 dengan kesadaran berorganisasi”.
Pada sesi dialog umum nanti pembicara yang membawakan agenda talk show adalah perempuan-perempuan yang berasal dari organisasi massa yang tergabung dalam Kesatuan Perjuangan Rakyat yang memperjuangan tentang keadilan sosial. Harapannya adalah dapat menginpirasi kepada peserta diskusi yang mayoritas perempuanuntuk berjuang untuk keadilan sosial.
Kenapa kami (BMI) harus terlibat?
Hari perempuan merupakan sejarah panjang perjuangan pembebasan perempuan dari ketertindasannya termasuk sejarah perjuangan perempuan Indonesia. Begitu banyak hak-hak perempuan bisa dibilang disemua belum sepenuhnya didapatkan. Perempuan yang bekerja di pabrik maupun di kantoran misalnya; masih kesulitan mendapatkan hak-hak normatifnya seperti cuti, masih terjadinya diskriminasi, rasa aman dan terbebas dari pelecehan seksual dan lain sebagainya. Ketika keluar dari tempat kerja semakin menambah deretan persoalan-persoalan pemenuhan hak-hak perempuan.
Sementara di wilayah terpisah (perempuan di Desa-Desa), sampai sejauh ini wacana dana desa belum memunculkan dorongan yang signifikan bagi terciptanya ruang bagi kaum perempuan. Padahal fakta di lapangan, kaum ini tidak hanya mampu mengurus anak dan suami tetapi sebagian besar dari mereka juga terlibat aktif dalam kegiatan ekonomi produktif melalui UMKM yang ada di desa. Artinya, kaum perempuan justru memiliki kemampuan untuk menjalankan dua agenda kegiatan yakni mengurus keluarga sekaligus menciptakan tambahan pendapatan bagi keluarganya.
Bukan hanya dalam hal melakukan kegiatan ekonomi, kaum perempuan di desa juga terbukti memiliki kemampuan konsolidasi yang kuat dalam organisasi, kelompok atau kegiatan-kegiatan yang melibatkan komunitas mereka. Salah satunya adalah dalam Barisan Masyarakat Indonesia (BMI) Desa Ciampea Udik dan Ciauruten Udik, Kabupaten Bogor Organisasi massa yang banyak bergerak dalam pengadvokasian kesehatan dan hak administrasi warga negara yang anehnya justru dijalankan dan hanya bisa diakses oleh mayoritas kaum perempuan.
BMI bergerak dalam perayaan IWD 2019 dengan membangun kesadaran berorganisasi bagi kaum perempuan di masyarakat untuk dalam pencapaian kesetaraan dan sejahteraan bagi kaum perempuan dalam masyakat. Dimana hal itu bertujuan agar masyarakat mengerti peranannya dalam mengawal desa menuju desa yang sejahtera. Serta memahami bahwa kaum perempuan adalah subjek perubahan dalam kehidupan bermasyakat serta tantangan kaum perempuan dalam masyarakat industri hari ini.
Dengan agenda Hari Perempuan Internasional 2019 diharapkan dapat menjadi wacana penciptaan ruang bagi perempuan dalam arah membangun kesejahteraan masyarakat tidak boleh hanya sekedar mendorong mereka untuk bisa menjadi produktif dalam hal ekonomi saja. Melainkan harus pula kaum ini diberi ruang dalam wilayah politik. Mereka harus memiliki akses untuk turut menentukan arah perubahan sosial di lingkungan desanya.
Atas hal itu lah, perempuan-perempuan bersama anggota yang laki-laki juga terlibat untuk belajar dan berjuang medapatkan hak-hak kaum perempuan, karena persoalan perempuan bukan sebatas cuti, upah atau hal lainnya yang identik dengan kawan-awan yang bekerja di pabrik, akan tetapi lebih dari itu, ada masalah pengangguran, kesulitan akses pelayanan, masalah kesehatan, masalah pengetahuan singkatnya bagaimana secara bersama-sama perempuan Indonesia baik di kota maupun Desa, baik yang kerja dipabrik atau di sawah, UKMK atau di rumah tangga mendapatkan hak-haknya secara ekonomi, politik, sosial dan budaya. Dan pada akhirnya perempuan harus terbebas dari kungkungan sistem kapitalisme yang terus mengeksploitasi demi meraup keuntungan, maka perempuan Indonesia harus bersatu menjadi subyek perubahan bukan jadi obyek.
Penulis singkat; Rendra W. (ketua Umum BMI)